Ngayogykarta Metropoliningrat. Halo Jogja, sudah beberapa waktu ini tidak kedengaran geliat teriakan "Jogja Istimewa" di ruang media. Kalaupun Jogja disebut-sebut adalah karena berada di lereng sebuah gunung aktif yang mendunia. Apakah kalian warga Jogja sudah lupa akan identitasmu, ataukah ber-metamorfosa sesuai dengan slogan, "alon-alon waton klakon" ?
Kalaupun masih banyak yang menyebutkan bahwa orang Jogja adalah orang-orang lambat dan tenang, mungkin anda harus pergi ke Jogja sekarang. Di era 80-an, ketika aku masih kecil, ke-adi luhung-an Ngayogyakarta sangat dikagumi.Saat ini, sebagaimana kota-kota lain di seluruh dunia, Jogja mengalami gempuran modernitas menggerus akar budaya masa lalu, mentransformasikannya menjadi sebuah mesin produksi masal penghasil nilai rente yang menggurita.
Namun demikian, ada sesuatu yang unik dengan Yogyakarta sebagai sebuah kota maupun sebagai sebuah Daerah Istimewa dalam bingkai republik. Ia menjadi sebuah refugee akan nilai masa lalu di satu sisi, namun juga menjadi pelarian modern untuk berbelanja dan berkuliner. Kontradiksi ini terbangun sejak geliat pertumbuhan ekonomi paska gempa 2006. Pada tahun 2008, perekonomian Jogja mengalami pertumbuhan pesat. Entah pertumbuhan itu disebabkan oleh investasi dari luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar