Selasa, 04 Maret 2014

Antara Barat dan Timur : Sebuah dialektika dalam melihat realitas

Barat dan Timur yang aku maksud bukan Barat-Timur ala Perang Dingin. Namun Barat dan Timur dalam artian filosofi dan weltanschauung. Judul diatas ada terma dialektika, dimana dialektika disini mengacu dari dialektika ala Hegel dan bukannya ala Marx. 

Apabila Hegel melihat proses tesis-antitesis-sintesis dalam ranah thought, namun Marx menerjemahkan dialektika material, dimana dalam pandangan Marx dialektika terjadi dalam ranah sosial. Alhasil, ajaran Marx diterjemahkan Lenin dan Stalin untuk membentuk suatu masyarakat komunis tanpa kelas yang sangat mekanistik dimana manusia sebagai sistem sosial dikendalikan. Hal ini tidak ada bedanya dengan kapitalisme yang kemudian memandang alat ekonomi seperti mesin penghasil keuntungan sebagai sarana akumulasi modal. Sudut pandang mekanistik inilah yang kemudian mengabaikan sisi alamiah lingkungan alam dan lingkungan sosial. 

Kembali lagi pada Barat dan Timur, dewasa ini keduanya baru belajar satu sama lain. Apabila banyak anggota masyarakat yang dibesarkan dalam konstruk berfikir Barat belajar spiritualisme ke Timur, maka banyak anggota masyarakat yang dibesarkan dalam masyarakat Timur belajar konstruk berfikir Barat. Sedang terjadi proses dialektika pemikiran diantara keduanya dalam konteks global yang tidak dapat diprediksi.

Tradisi berfikir Barat yang positivistik-empirik kemudian berdialog dengan filosofi spiritualis Timur. Namun interaksi tersebut berlangsung dalam konteks global yang hedonistik, sebuah paradoks yang menarik untuk direnungkan. Terjadi pergulatan yang tidak linier dan mudah diprediksi. Ketika mega-korporasi menguasai dunia melalui akumulasi modal dan penghisapan sumber daya alam, muncul suatu titik balik peradaban dimana filosofi Timur muncul untuk "mengingatkan" betapa hedonistiknya sistem kapitalisme.Bahwa beserta semakin mengglobalnya kapitalisme dan penghisapan sumber daya alam, muncul kesadaran lingkungan dan sosial. Sebuah paradoks yang kita tidak akan tahu akhirnya. Suatu kontestasi yang menarik apabila muncul konsep yang dapat mengimbangi kerakusan kapitalisme, karena munculnya konsep tandingan tersebut merupakan sesuatu hal yang alamiah dan menjadi sebuah keniscayaan.

Spiritualitas dan weltanschaaung Timur sangat menarik untuk dikaji, karena "kedekatannya" dengan alam dan keseimbangan di dalam masyarakat. Tradisi ketimuran disini dapat dilihat pada tradisi di Asia Timur maupun Asia Tenggara. Tradisi Timur menekankan pada balance di dalam diri, masyarakat dan semesta.

Sayang, dialektika Barat-Timur hanya terjadi pada level pemikiran dan filosofi, belum pada terbentuknya sistem yang menjadi anti-tesa sistem kapitalisme global. Harapannya, dialektika pada level masyarakat berlangsung damai dan tidak berdarah, tidak seperti terjadi pada saat revolusi-revolusi sosial ala komunis. Kemunculan sebuah sistem ekonomi kemasyarakatan yang sustainable diperlukan untuk "melawan" hegemoni kapitalisme mega-korporasi. Sebuah sistem yang berbasiskan pada konsepsi sistem yang soft. Pendekatan yang digunakan menggunakan kombinasi "regulated-emergence". Oleh karena itu, pendekatan ala demonstrasi dan pengerahan masa sudah menjadi obsolete. Sebuah gerakan perlawanan hanya dapat dilakukan dengan gerakan grass-root innovation. Gerakan ini justru harus dimulai dari pedesaan melalui inovasi akar rumput, menuju kemandirian ekonomi dan sosial. Selama ini hubungan kota-desa dipandang sebagai hubungan patron-client yang menjadikan desa hanya sebagai pelengkap penderita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar